Skip to main content
Nama                      : Eko Rojana. S.pd.I.,M.A Tempat/Tgl Lahir  : Mendahara Tengah 15-03-1991 Jenis Kelamin       : Laki-Laki Alamat                   : Jl.Palembang RT/RW                    : 006 Kel/Desa                : Mendahara Tengah Kecamatan            :Mendahara Agama                   :Islam Status                     :Bakal Kawin Ayah : M.Arsyad Ibu    :Desmawati Jenjang Pendidikan: 1. SD Mendahara Tengah: 1997-2003 2. MTs Subulussalam: 2003-2006 3. MAK Albaqiatusshalihat: 2006-2009 4. S1 IAIN Bengkulu: 2009-2014 5. S2 UIN SUKA Yogyakarta: 2016-2018 Pekerjaan 1. Dosen B.Arab STIT SB Pari...

Jihad Ilmiah Part 10 - Birokrasi Menurut Max Weber



Max Weber seorang Sosiolog Jerman yang kenamaan awal abd ke-19 menulis karya yang sangat berpengaruh bagi Negara-negara yang berbahasa Inggris dan di Negara-negara di daratan Eropa. Karya itu sampai dikenal konsep tipe ideal birokrasi. Menurut Weber tipe ideal birokrasi itu ingin menjelaskan bahwa suatu birokrasi atau administrasi itu mempunyai suatu bentuk yang pasti di mana semua fungsi dijalankan dalam cara-cara yang rasional. Istilah rasional dengan segala aspek pemahamannya merupakan kunci dari konsep tipe ideal birokrasi Weberian.

Menurut Weber tipe ideal birokrasi yang rasional itu dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut:

1). Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan pribadinya termasuk keluarganya.

2). Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hiearki dari ats ke bawah dank e samping. Konsekuensinya ada jabatan atasan dan bawahan, da nada pula yang menyandang kekuasaan lebih besar dan da nada yang lebih kecil.

3). Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hearki itu secara sepesifik berbeda satu sama lainnya.

4). Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan. Uraian tugas masing-masing pejabat merupakan dominan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang harus dijalani sesuai kontrak.

5). Setiap penjabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesioanalitasnya, ideaknya hal tersebut dilakukan melalui uijian yang kompetitif.

6). Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pension dengan tingkatan hiearki jabatan yang disandangnya. Setiap pejabat bias memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan keinginannya dan kontraknya bias diahkiri dalam keadaan tertentu.

7). Terdapat struktur pengembangan karir yang jelas dengan promosi berdasarkan seniorotas dan sesuai dengan pertimbangan yang objektif.

8). Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.

9). Setiap pejabat berada di bawah pengadilan dan pengawasan suatu system yang dijalankan secara disiplin (Weber, 1978 dan Albrow, 1970)

Butir-butir tipe ideal tersebut tidak semuanya bias diharapkan dalam kondisi tertentu. Seperti persyaratan tentang pengangkatan pejabat dalam jabatan tertentu berdasarkan kualifikasi profesionalitas cocok untuk birokrasi tertentu tetapi banyak sekarang tidak bias diterapkan. Karena banyak pula Negara yang mengangkat pejabat berdasarkan keteria subjektivitas, apalagi ada yang didasarkan atas intervesi politik dari kekuatan partai politik tertentu.

Penekanan Weber terhadap rasionalitas dan efiesiensi sebenarmya bias dilacak dari kondisi social budaya yang melatarbelakangi kehidupan Max Weber pada saat itu. Rasionalitas dan efisiensi dicerminkan dengan susunan hiearki adalah khusus merupakan kebutuhan yang amat mendesak saat itu. Dengan demikian ukuran rasionalitas dan efisiensi amat berbeda dengan kriteria untuk organisasi zaman modern sekarang ini yang kondisinya tidak sama dengan zamannya Max Weber.

Menurut David Beetham (1975), Weber memperhitungkan tiga elemen pokok dalam konsep birokrasinya. Tiga elemen pokok dalam konsep birokasinya. Tiga elemen itu anatara lain: Pertama, birokrasi dipandang sebagai instrument teknis. Kedua, birokrasi dipandang sebagai kekuatan yang independen dalam masyarakat, sepanjang birokrasi mempunyai kecendrungan yang melekat pada terapan fungsi sebagai instrument teknis tersebut. Ketiga, pengembangan dari sikap ini karena para birokrat tidak mampu memisahkan perilaku mereka dari kepentingannya sebagai suatu kelompok masyarakat yang particular. Dengan dengan demikian birokrasi bias keluar dari fungsinya yang tepat karena anggotanya cendrung datang dari klas social yang particular tersebut.

Elemen kedua dan ketiga dari birokrasi Weberian di atas, mengandung pandangan Weber terhadap peranan politik dalam birokrasi. Ada factor politik yang bias mempengaruhi terhadap proses tipe ideal birokrasi. Kehidupan birokrasi tampaknya sudah diperhitungkan tidak mengkin bias dipisahkan dari politik. Pandangan itu, selama ini kurang diperhitungkan oleh para penulis dan pakar administrasi public yang lebih banyak memberikan perhatian kepada elemen pertama. Keadaan seperti ini dalam beberapa hal bias mendistorsi teori birokrasi Weberian.

Ada kalangan ahli yang menekankan bahwa orientasi birokrasi Weberian hanya terbatas pada bagaimana kedalam system administrasi dan organisasi diatur secara rasional. Oleh karena itu syrat-syarat yang ditetapkan oleh Weber berkisar melihat hal-hal di dalam organisasi sendiri bukannya melihat factor-faktor diluar yang bias mempengaruhi system birokrasi.


Reviuw buku “Birokrasi Politik Di Indonesia” Prof. Dr. Miftah Thoha, MPA. Ed.1.Cet.2_Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003.

Comments

Popular posts from this blog

Dampak Penggunaan Artificial Intelligence (AI) Terhadap Mahasiswa