![]() |
Foto: kader PMII SB Pariaman |
Folow Up PMII STIT SB Pariaman Memperkuat Ideologi Aswaja
Sebuah
organisasi pergerakan pasti memiliki ideologi. Secara sederhana, Idelogi adalah
konsensus yang ada di dalam organisasi tertentu. Sejarah Ideologi dunia,
seperti kapitalisme, sosialisme, komunisme, marksisme, leninnisme, fasisme,
leberalisme, radikalisme dan ekstrimisme dinilai ampuh mempengaruhi dan menggerakan
dunia dalam pengaruh idenya. Tanpa ideologi negara pasti akan hancur.
Begitu juga
PMII, Sebagai organisasi Mahasiswa Islam terbesar di Indonesia, PMII merupakan
anak kandung organisasi didirikan KH Hasyim Asy’ari menegaskan Aswaja sebagai
nafas pergerakan. Di dalam PMII, Ahlusunnah Wal Jama’ah (ASWAJA) merupakan
sebagai metode befikir (manhaj al-fikr) dan metode bergerak (manhaj
al-harakah). Maka dari itu PMII saat ini adalah organisasi Mahasiswa yang
menunjukkan anti taqlid, jumud, kaku, skeptis dan tidak dinamis membaca
realitas-realitas persoalan yang menjadi persoalan terjadi di masyarakat.
PMII SB Pariaman
sangat tepat sekali berada ditengah-tengah masyarakat khususnya di Kota
Pariaman ini, sebagai salah satu benteng terdepan untuk menjaga tardisi-tradisi
yang sudah ada sejak dulu kala. Masyarakat minang sejak dulu sudah dikenal
sebagai masyarakat adat yang memakai patuah yaitu yang berbunyi “Adat bersendi
Alur, Alur bersendi patut dan mungkin. Alur artinya jalan yang benar. Patut dan
mungkin artinya layak, senonoh, baik, pantas, dan selaras. Patut merupakan
perkiraan keadaan, pertimbangan, rasa, dan daya fikir atau nalar.
Adat ini
merupakan tiang yang memperkuat berdirinya masyarakat Minang pada waktu itu. Saat
Islam masu ke Minangkabau, masyarakat merasakan bahwa adat bersendi alur, alur
bersendi patut dan mungkin, tidak bertentangan dengan Islam. Usaha-usaha
menyesuaikan ajaran agama Islam ke dalam tatanan kehidupan beradat masyarakat
Minang telah dimulai sejak masyarakat Minang menerima Islam sebagai agama
mereka yaitu sejak berdirinya kerajaan Pagaruyung.
Sejalan dengan
hal itu, Aswaja sebagi Ideologi berfikir dan pergerkan dalam PMII sangat
menjunjung tinggi baik dalam aqidah (iman) syari’ah (fiqh) ataupun akhlaq (ihsan).
Maka bisa kita dapati sebuah metodelogi pemikiran yang tengah moderat (tawasuth),
berimbang ataupun harmoni (tawazun) netral atau adil (ta’adul),
dan toleran (tasamuh). Metodelogi pemikiran Aswaja senan tiasa
menghidari ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Inilah yang menjadi faham Aswaja.
Maka melalui pengkaderan Folow Up ini, PMII SB Pariaman harus menjadi kader yang militan untuk menjaga tradisi-tradisi agama khususnya Kota Pariaman sendiri. Maka ada sebuah kaidah “al-Islahu ma huw al-islah fa Aslah tsumma al-aslah” (memperbaiki apa yang sudah baik agar menjadi lebih baik, lalu menjadi baik, dan seterusnya). Hal ini sesuai dengan prinsip PMII yang selalu dinamis dengan perubahan, perkembangan dan pembangunan ke dimensi yang lebih baik dan lebih baik lagi, bukan merusak ataupun menghilangkan.
Comments
Post a Comment